Malam ini hujan turun dengan penuh semangat, angin bertiup kencang mengguncang seluruh seisi alam. Kesunyian menerpa tiap lorong-lorong kota, badan jalan hanya di penuhi air hujan. Tak ada lagi sapaan dari mereka. Tiap sudut kota nampak pemukiman yang tak berpenghuni, sepi. Aku terbaring gugup diatas kasurku yang empuk, menatap langit-langit kamar, berharap ia mampu menghiburku. Satu persatu bising kendaraan terdengar dari balik rintihan hujan. Mereka menembus tiap kekosongan malam dengan penuh gairah. Auman para bedebah malam tak lagi terdengar, mungkin mereka bersembunyi di balik tembok tebal yang tak seorang pun mampu menembusnya.
Tepat pukul 00.00 WITA. buku dari Pramoedya Ananta Toer yakni "bumi manusia" aku ambil kemudian membacanya, dan ia dapat mengusir kesunyian yang setia menemaniku. Lembaran demi lembaran aku lewati, aku pun jatuh dan tenggelam dalam kisah klasik yang di mainkan oleh "Minke" (seorang pribumi) dan "Annelis" (peranakan belanda dan pribumi)--dalam buku bumi manusia. Kisah itu mengingatkanku padamu -- senja-- sekilas wajahmu terlintas dalam pikiranku. Namun aku tak tahu, apakah kau mengerti dengan yang aku rasa?.
Waktu berlalu begitu cepat, seiring hujan yang kian reda. kini hanya sindiran kodok yang memnuhi telingaku. Aku tak tahu apa arti dan maksud dari sindiran itu. Buku aku singkiran. Imajiku mulai pergi mengelilingi semesta, ia mencoba menelanjangi tiap sudut hatimu dengan harapan mampu membaca setiap perasaanmu.
Waktu berlalu begitu cepat, seiring hujan yang kian reda. kini hanya sindiran kodok yang memnuhi telingaku. Aku tak tahu apa arti dan maksud dari sindiran itu. Buku aku singkiran. Imajiku mulai pergi mengelilingi semesta, ia mencoba menelanjangi tiap sudut hatimu dengan harapan mampu membaca setiap perasaanmu.
Satu persatu permasalahan lampau datang meggerogoti pikiranku, wanita, organisasi, pelajaran, kuliah dan masih banya lagi. Mereka datang secara serentak hingga tak memberiku kesempatan untuk memikirkan penyelesaiannya. Aaahh.. kepalaku seperti bola yang tengah dimainkan dalam laga barcelona kontra real madrid, panas. Kepala ini serasa berat, penuh beban. Ada lagi kekhawtiranku pada rasa yang aku titipkan pada seorang gadis yang telah lama aku puja, ya.. dialah senjaku. Aku selalu berdoa yang terbaik untuknya, menjaganya, membuatnya bahagia, dan setia padanya. Aku berharap ia juga mampu berlaku seperti itu padaku.
Oohh.. sungguh merana diriku,
terperangkap dalam jeruji rasa yang hingga kini aku tak tau perkara apa
yang sedang membelitku. Tak ada saksi ataupun lembaga yang mampu
melegalkan hubunganku. Semoga semua baik-baik saja
Hujan telah reda, sisa hujan menyisahkan rindu akan kegersangan. Nyanyian rindu sayup terdengar. Aku mulai teringat dengan hutan, mata air yang jernih, tranggulasi, api unggun, dan hewan-hewan yang mungil. Sudah lama aku tak saling sapa dengan mereka. Aku ingin kembali bermain bersama angin dan kabut, aku ingin kembali memanjakan mataku dengan keindahan yang tiada tanding, aku ingin mencium dan memluk tranggulasi yang menjadi simbol dari puncak gunung, aku ingin kembali bercumbu bersama purnama dan bebintangan. Sungguh aku sangat merindukan semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar