Seperti hutan dilanda kemarau panjang
Tandus, tak berair
Dedaunan gugur diterpa angin
Pepohonan menjerit menentang hari
Seperti belati yang mengiris hati
Tajam, tanpa menyisahkan perih
Nestapa memanggil luka berkali-kali
Aku pasrah agar mengahancurkan rinduku
Beribu bisu meradang dalam dada
Riang menjelma porandakan asa
Tidak ada yang paling mengerti selain sunyi
Maka pada sunyi aku bercerita
Apakah hina jika aku mencintai cinta?
Apakah aku murtad jika memuja malam?
Sebab senja telah mengajariku melupakan
Pula mentari tak mampu lagi sinari kalbuku
Oohh.. Betapa harapan adalah racun bagi otakku
Mendamba senyummu dalam guratan pelangi
Tanpa sadar aku adalah pengemis
Hingga kegelisahan terukir dalam kata
Apakah aku benar-benar mabuk
Tapi kadang kesadaran membuatku gila
Aaaa.. Aku benar-benar jatuh dalam langitmu
Sebab semua pikirku hanyalah kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar