Senin, 15 April 2013

Aku Adalah Orang Gila

Aku adalah orang gila yang berdiri di tepian jalan tanpa arah dan tujuan, memandang indahnya kerlap kerlip lampu kota yang menerangi jiwaku, menyaksikan mereka saling bercumbu di bawah purnama. Kegelisahan seraya menyapa tubuh yang kian tak berdaya akibat kegersangan tak berujung senja. Menapaki tiap kebisuan kota yang menjadikan malam makin indah tanpa kehidupan, kata tak lagi indah, suara tak mampu lagi terdengar, dan wajah-wajah mereka hanyalah sekumpulan sampah yang bertebaran disisi jalan.

Luapan danau air mata semakin tak terbendung, membuat tanah yang dulunya tandus kini menjadi gembur. Kebingungan merangkak mendekatiku, ia mencoba membelai wajahku yang mulai tak beraturan akibat hantaman ombak yang tak kenal ampun. Seluruh urat sarafku menjadi lupa ingatan, satu persatu berlarian berhamburan merobek segala kekecewaan yang menurut mereka itu hal yang tak wajar terjadi pada diriku. Aku bingung, entah apa yang harus aku lakukan. Tetap menyaksikan akrobatik mereka yang semakin menampakkan kehebatannya, atau aku harus beranjak dari tempatku berpijak saat ini.

Sapalah aku orang gila jika aku masih setia menanti senja yang tak kunjung nampak. Makilah aku orang gila jika tetap merangkul harapan yang sebenarnya hanyalah fatamorgana yang tak nyata. Aku memang orang gila karena memang aku orang gila yang tidak mengenal rasa putus asa ketika aku belum mampu menapakkan kakiku pada tranggulasi hatimu.

Jemariku makin terangsang dengan iringan instrumen beethoven dan mozart untuk menari diatas tumpukan huruf-huruf, mencipta sebuah narasi dengan diksi yang amat jadul dan minim makna. ketakberhinggaan rasa-ku menjadi hiasan dinding yang hingga kini hanyalah pajangan tak bernilai. Benintangan pun mengusik malam yang semakin dalam, tarian kosmik menjadi pemandangan indah kala atom memporak-porandakan seluruh penghuni semesta. keselarasan petikan gitar dan nyanyian jiwa menghasilkan harmoni yang membuat seluruh penikmat musik terpesona. Oohh.. aku makin tenggelam dalam parit yang membuat imajiku mati rasa, ia tak mampu lagi menghasilkan ratio yang sehat.

Maafkanlah diriku, aku tak mampu lagi mewaraskan diriku dari kegilaan rasa yang membuatku pantas untuk dijuluki orang gila. kecamuk rasa yang menjajaki tiap sudut ruang hatiku membuat senja menjadi tersipu. Eksistensiku kini menjelma bak tumpukan kubus-kubus yang berhamburan disisi gudang tanpa seberkas cahaya.

Tirai kosmos menyembunyikan segala hasat yang mulai meninggi, membuat mereka tidak mengerti akan rasa yang menjelma menjadi binatang buas yang siap menerkam tubuhmu hingga menembus tulang. Menembus segala tembok moralitas yang senantiasa bersembunyi dibalik angkuhnya kemunafikan. Aku tak ingin kekosonganmu terisi oleh mereka yang hanya ingin merusak dan memainkanmu bagai boneka barbie dambaan para anak-anak.

Aku ini orang gila, bahkan mungkin aku lebih gila dari Marquis De Sade dengan prinsip utama pengejaran kepuasan personal. Aku sangat ingin menggapai singgasana hatimu, merangkul tiap tiang penyangga rasamu, hingga tak seorangpun dapat menyentuhnya.

1 komentar: