Kamis, 31 Januari 2013

Titian Senja

Berawal dari pertemuan tanpa rencana. Dimana aku menatap matamu dengan kekosongan, mencoba memasuki ruang imajimu hinga aku dapat mengetahui sperti apa sosok yang membuatku tersipu malu. Kau pun berbalik menatapku dengan penuh amarah yang penuh hasrat yang terpendam, amarah yang seakan tak senang akan ratapanku, namun aku tak peduli, sebab itu akan membuatku lebih terangsang untuk menyandingkanmu bersama senja.

Detik demi detik berlalu, jiwaku makin hanyut ke dalam lautan tawamu. Tiap kali aku melihatmu tersenyum aku bagai diambang cakrawala tak bertuan, lekuk bibirmu yang selalu saja kau pertontonkan padaku membuat imajiku meronta-ronta tak kenal lelah. Sinar matamu yang memancarkan gelombang supernova kini membuatku tak lagi sanggup metapamu semakin dalam. Lembut suaramu bagai kabut yang merangkul tubuhku dikala kesepian menjadikanku seorang tunawicara. 

Senja mulai menampakkan estetiknya. Sehelai angin menyapa wajahmu yang membuatmu kaget bak orang sedang kesurupan. Tanpa sadar, aku melihat mereka yang berada di sekeliling kita memperhatikanmu dengan riang, kini jiwaku terperangkap dalam dimensi ke-takmungki-nan.

Seiring berjalannya waktu, entah cahaya dari mana dan apa, kita makin akrab. Komunikasi terjalin begitu baik hingga aku telah mampu membaca tiap lekukan tubuhmu yang menjelma menjadi simbol-simbol yang mampu aku telanjangi. Jiwaku makin terpesona menantang dimensi ke-tidakmungki-nan yang membuatnya terbelenggu, keliaran hasratku kini mampu membakar samudera yang membentang membelah daratan. 

Berdiri tegak menatap kebisuanmu yang selalu saja menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan mistery. Aku ingin mengajak hatimu tuk berbicara dan bercengkrama dengan keindahan senja yang setiap saat pasti aku memujinya. Aku pun menyusun diksi-diksiku untuk memulai perbincangan yang hangat di kala dinginnya malam menusuk ke dalam pori-pori kulit. Oohhh.. sungguh aku sangat bahagia ketika kau berkata dengan halusnya tanpa keraguan “aku sayang padamu”, namun itu adalah awal dari tanggung jawabku.

Kini kita berjalan di atas titian tanpa pegangan, entah hari ini, esok, atau lusa kita akan terjatuh dalam parit”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar