Berawal
dari pertemuan tanpa rencana. Dimana aku menatap matamu dengan kekosongan,
mencoba memasuki ruang imajimu hinga aku dapat mengetahui sperti apa sosok yang
membuatku tersipu malu. Kau pun berbalik menatapku dengan penuh amarah yang
penuh hasrat yang terpendam, amarah yang seakan tak senang akan ratapanku,
namun aku tak peduli, sebab itu akan membuatku lebih terangsang untuk
menyandingkanmu bersama senja.
Detik
demi detik berlalu, jiwaku makin hanyut ke dalam lautan tawamu. Tiap kali aku
melihatmu tersenyum aku bagai diambang cakrawala tak bertuan, lekuk bibirmu
yang selalu saja kau pertontonkan padaku membuat imajiku meronta-ronta tak
kenal lelah. Sinar matamu yang memancarkan gelombang supernova kini membuatku
tak lagi sanggup metapamu semakin dalam. Lembut suaramu bagai kabut yang
merangkul tubuhku dikala kesepian menjadikanku seorang tunawicara.
Senja mulai menampakkan estetiknya. Sehelai angin menyapa wajahmu yang
membuatmu kaget bak orang sedang kesurupan. Tanpa sadar, aku melihat mereka yang
berada di sekeliling kita memperhatikanmu dengan riang, kini jiwaku
terperangkap dalam dimensi ke-takmungki-nan.
Seiring
berjalannya waktu, entah cahaya dari mana dan apa, kita makin akrab. Komunikasi
terjalin begitu baik hingga aku telah mampu membaca tiap lekukan tubuhmu yang
menjelma menjadi simbol-simbol yang mampu aku telanjangi. Jiwaku makin
terpesona menantang dimensi ke-tidakmungki-nan yang membuatnya terbelenggu,
keliaran hasratku kini mampu membakar samudera yang membentang membelah daratan.
Berdiri
tegak menatap kebisuanmu yang selalu saja menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan
mistery. Aku ingin mengajak hatimu tuk berbicara dan bercengkrama dengan
keindahan senja yang setiap saat pasti aku memujinya. Aku pun menyusun
diksi-diksiku untuk memulai perbincangan yang hangat di kala dinginnya malam
menusuk ke dalam pori-pori kulit. Oohhh.. sungguh aku sangat bahagia ketika kau
berkata dengan halusnya tanpa keraguan “aku
sayang padamu”, namun itu adalah awal dari tanggung jawabku.
“Kini kita berjalan di atas titian tanpa
pegangan, entah hari ini, esok, atau lusa kita akan terjatuh dalam parit”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar