Kamis, 09 Mei 2013

Senja dan Purnama


Pada mulanya aku hanya ingin menyusun kembali hubungan silaturahmi antara kau dan aku yang telah lama berhamburan di gudang tempat penyimpanan barang. Aku sadar, betapa pentingnya menjaga silaturahmi, sebab tanpanya kita akan hidup sebagai makhluk yang individualistic dan bagiku itu takkan mampu menyelamatkan dirimu, dirinya, dan mereka dari belenggu penguasa yang siap menjadikan kita budak. Dengan menjaga silaturahmi, kita akan menemukan sebuah “ikatan” diantara tembok-tembok penghalang yang mampu memisahkan kita.

Seberkas rasa terselip pada tumpukan silaturahmi yang telah kita susun secara rapi dan menyulut hatiku yang sedang di landa kekosongan. Sedikit saja rasamu memicunya, maka ia akan berkobar, membakar seluruh ruang rasaku dan ia kembali bersinar bak senja yang merindu purnama. Sampai saat ini kobaran itu terus menerus membesar hingga memenuhi seluruh ruang semesta.

Aku tak ingin jika suatu saat nanti kau dan aku akan berjalan sendiri tanpa seorang pun yang mampu mengerti, seperti sebelumnya saat kita masih memikirkan diri masing-masing. Namun setelah pertemuan malam itu, kau dan aku berada pada titik klimaks yang mampu membuat kondisi yang begitu apik di antara jurang-jurang hati. Candaan menyelimuti wajah kita yang telah sekian lama tak saling menyapa, yaaahh.. ada rindu yang sangat dalam pada tiap lekuk tawamu. Aku ingin mengapainya, menggenggam kebahagiaan yang kita raih malam itu, hingga kelak kita dapat mengenangnya kembali.

Setelah berselang beberapa hari, kedekatan itu semakin nampak pada cermin yang mampu menyatukan jiwaku dan jiwamu. Begitu banyak hal yang telah kita lewati, pelajaran demi pelajaran telah kita rangkaikan dalam sebuah melodi kehidupan. Susah dan senang telah menjadi milik kita, kejenuhanku akan indahnya derita seakan membawa kita dalam lingkar kebahagiaan.

Setiap orang yang menyaksikan nyanyian kita pasti iya akan berkata “kalian telah menjalin hubungan yang harmonis antara senja dan purnama, sebab kedekatanmu sangat jelas dan tanpa keraguan!”. Berbagai pertanyaan muncul di antara sela-sela bibir mereka tentang hubungan yang kita jalin saat ini. Bukan pacar, hanya kenyamanan yang membuat kami menjadi sedekat ini, dan bagiku tidak semua hubungan di deklarasikan dengan pacaran! “kataku pada mereka yang selalu bertanya-tanya”. Dengan wajah tak percaya dan ragu akan penjelasanku, mereka pun meng-iya-kannya dan memalingkan wajahnya dari pandanganku.

Hingga kini, kau dan aku masih menjajaki tiap sudut kehidupan agar jiwa kita dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Aku juga ingin agar kita mampu memberi siraman suara-suara tuhan jika sewaktu-waktu badai datang menghantam. Ada satu kalimat yang selalu ingin aku ucapkan kala purnama merindu senja, “kau dan aku takkan pernah ada tanpa kau dan aku”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar